
The Indonesian sea is not merely a vast expanse of blue water separating islands. It is a source of life, an economic connector, and a space of hope for millions of coastal communities. Amid the evolving dynamics of national development, the maritime sector holds a strategic role in realizing inclusive and sustainable economic growth.
As the President of the Nahdlatul Ulama Fishermen’s Union (SNNU), I firmly believe that Indonesia’s future depends greatly on how we manage and develop our marine potential. With a vision rooted in sustainability and well-directed investments, Indonesia’s seas can pave the way to national advancement and sovereignty.
The Tremendous Potential of the Maritime Economy
Indonesia possesses extraordinary maritime potential. With more than 17,000 islands and a strategic location along major global trade routes, the maritime sector is projected to contribute up to US $1 trillion to the national GDP. Since 2014, Indonesia has declared its ambition to become a Global Maritime Fulcrum, but achieving this vision requires accelerated development of maritime infrastructure.
Six key sectors form the pillars of this growth:
1. Ports and Shipping: The development of modern ports is crucial for Indonesia to compete with transshipment hubs like Singapore and Malaysia.
2. Shipbuilding and Maritime Technology: This will create jobs and enhance efficiency in sea logistics.
3. Sustainable Fisheries and Aquaculture: The rising global demand for seafood presents a major opportunity for Indonesia.
4. Marine Tourism: World-class destinations such as Raja Ampat, Bali, and Labuan Bajo can become economic engines for Eastern Indonesia.
5. Blue Carbon: Indonesia holds the largest blue carbon reserves in the world through mangroves, seagrass beds, and salt marshes.
6. Offshore Energy: This sector offers great prospects in the global energy transition.

Key Challenges to Overcome
However, this vast potential comes with serious challenges. Several fundamental issues continue to hinder the progress of Indonesia’s maritime sector, including:
1. Infrastructure Gaps: Many ports remain inadequate, and sea logistics are still costly, accounting for more than 20% of GDP.
2. Low Human Capital and Technological Capacity: There is a pressing need for skilled labor and digitalization in the maritime sector.
3. Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing: This practice harms the state and undermines marine ecosystem sustainability.
4. Regulatory Complexity: Overlapping authorities and convoluted regulations slow down investment and licensing processes.
5. Environmental Threats: Without a sustainable approach, development could negatively impact coral reefs, biodiversity, and coastal livelihoods.

Gotong Royong: The Foundation of Maritime Development
In confronting these challenges, Indonesia has a unique cultural strength: Gotong Royong, a spirit of mutual cooperation. This principle must become the foundation of maritime development, engaging the government, communities, academia, and private sector in a shared vision.
Maritime infrastructure development must not only be a physical undertaking, it must be a process of community empowerment. Eco-friendly technology, proper waste management, and the use of renewable energy must be new norms in every development project.
Initiatives such as blue carbon can contribute not only to national climate goals but also provide new revenue streams that directly benefit fishermen and coastal populations. Through an inclusive approach, maritime development can deliver economic gains while strengthening ecological resilience.

Sailing Toward Sovereignty and Sustainability
Developing the maritime sector is not just about growth figures or investment values. It is about instilling new hope among coastal communities and opening paths for the younger generation to believe that their future lies in a productive and sustainable ocean.
Sustainability is not an option, it is a necessity. With unity and collective commitment, Indonesia can become a global example of how economic development can go hand in hand with environmental protection and people’s empowerment.
Together we are strong. Together we can. Let us make maritime development a true reflection of the spirit of gotong royong for a stronger and more sovereign Indonesia at sea.
📌Versi Bahasa Indonesia
--------------------------------------------
Membangun Masa Depan Maritim Indonesia
Antara Peluang, Tantangan, dan Semangat Gotong Royong
Laut Indonesia bukan sekadar bentangan air biru yang memisahkan pulau-pulau. Ia adalah sumber kehidupan, penghubung ekonomi, dan ruang harapan bagi jutaan masyarakat pesisir. Di tengah dinamika pembangunan nasional, sektor maritim memegang peranan strategis dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Sebagai Presiden Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU), saya meyakini bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita mengelola dan mengembangkan potensi kelautan kita. Dengan visi pembangunan yang berkelanjutan dan investasi yang tepat sasaran, laut Indonesia bisa menjadi jalan menuju kemajuan dan kedaulatan nasional.
Potensi Besar Ekonomi Maritim
Indonesia memiliki potensi maritim yang luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan lokasi strategis di jalur perdagangan dunia, sektor maritim Indonesia diproyeksikan mampu menyumbang tambahan hingga US$ 1 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sejak 2014, Indonesia telah mencanangkan diri sebagai Poros Maritim Dunia, namun untuk mencapainya diperlukan akselerasi pembangunan infrastruktur maritim.
Enam sektor utama menjadi pilar penggerak pertumbuhan ini, yaitu:
1. Pelabuhan dan Pelayaran: Diperlukan pengembangan pelabuhan modern agar Indonesia bisa bersaing dengan Singapura dan Malaysia dalam perdagangan transhipment.
2. Pembangunan Kapal dan Teknologi Maritim: Akan menciptakan lapangan kerja dan mendorong efisiensi logistik laut.
3. Perikanan dan Akuakultur Berkelanjutan: Meningkatnya permintaan makanan laut global menjadi peluang besar bagi Indonesia.
4. Wisata Bahari: Destinasi kelas dunia seperti Raja Ampat, Bali, dan Labuan Bajo dapat dikembangkan sebagai motor ekonomi wilayah timur Indonesia.
5. Karbon Biru: Indonesia memiliki cadangan karbon biru terbesar di dunia melalui mangrove, lamun, dan rawa garam.
6. Energi Lepas Pantai: Sektor ini memiliki prospek besar dalam transisi energi.
Tantangan Serius yang Harus Diatasi
Namun, potensi ini tidak datang tanpa tantangan. Sejumlah persoalan mendasar masih menghambat kemajuan sektor maritim nasional, di antaranya:
- Kesenjangan Infrastruktur: Banyak pelabuhan tidak memadai dan logistik laut masih mahal, mencapai lebih dari 20% PDB.
- Rendahnya Kualitas SDM dan Teknologi: Kebutuhan tenaga kerja terampil dan digitalisasi di sektor maritim masih tinggi.
- Penangkapan Ikan Ilegal (IUU): Aktivitas ini merugikan negara dan merusak keberlanjutan ekosistem laut.
- Kompleksitas Regulasi: Tumpang tindih kewenangan antar lembaga menyebabkan proses investasi dan perizinan menjadi lambat.
- Ancaman Lingkungan: Tanpa pendekatan berkelanjutan, pembangunan bisa berdampak negatif pada terumbu karang, biodiversitas, dan mata pencaharian masyarakat pesisir.
Gotong Royong: Fondasi Pembangunan Maritim
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Indonesia memiliki satu kekuatan kultural yang khas: Gotong Royong. Konsep kebersamaan ini harus menjadi dasar pembangunan maritim dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta dalam satu visi kolektif.
Pembangunan infrastruktur maritim bukan sekadar proyek fisik, tetapi harus menjadi proses pemberdayaan masyarakat. Teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik, dan pemanfaatan energi terbarukan harus menjadi standar baru dalam setiap pembangunan.
Inisiatif seperti karbon biru tidak hanya menyumbang pada target iklim nasional, tetapi juga bisa menjadi sumber pendapatan baru yang langsung menyentuh nelayan dan masyarakat pesisir. Dengan pendekatan inklusif, pembangunan maritim bisa menghadirkan manfaat ekonomi sekaligus memperkuat ketahanan ekologi.
Menuju Samudra Kedaulatan dan Keberlanjutan
Membangun sektor maritim bukan hanya tentang angka pertumbuhan atau nilai investasi. Ini tentang menghadirkan harapan baru bagi masyarakat pesisir, membuka jalan bagi generasi muda untuk percaya bahwa masa depan mereka ada di laut yang lestari dan produktif.
Keberlanjutan bukan pilihan, melainkan keharusan. Dengan kerja sama dan komitmen bersama, Indonesia bisa menjadi contoh global tentang bagaimana pembangunan ekonomi dapat berjalan seiring dengan perlindungan lingkungan dan pemberdayaan rakyat.
Bersama kita kuat. Bersama kita bisa. Mari kita jadikan pembangunan maritim sebagai cerminan nyata dari semangat gotong royong, demi Indonesia yang lebih tangguh dan berdaulat di samudra.